Madrasah Falasifah IMM Tamaddun  

Madrasah Falasifah IMM Tamaddun

Modernis.co, Malang – Ahad, 27 Maret 2022 adalah momen peluncuran Lembaga Otonom (LO) baru bernama Madrasah Al-Falasifah yang menjadi bukti tegas IMM komisariat Tamaddun FAI untuk terus mengembangkan keilmuan kader-kader se-Jatim sebagai bukti konsistensinya dalam pengamalan Tri Kompetensi Dasar (TRIKODA) yang tercantum dalam Tanfidz yaitu Intelektualitas.

Filsafat yang menjadi induk dari segala macam disiplin ilmu menjadi konsen utama dalam proses pengembangan tersebut. Sehingga, hal itu dicerminkan pada nama “Falsafah” yang bermakna filsafat dalam Bahasa Arab.

Melihat krisis daya pikir yang berujung pada krisis identitas para kader IMM saat ini dalam memahami beragam permasalahan sehingga menimbulkan keputusan-keputusan yang ambigu dalam pergerakannya. Bahkan, bertolak belakang dengan koridor yang sudah ditetapkan dalam tanfidz.

Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa IMM adalah representatif dari Muhammadiyah itu sendiri dilingkup mahasiswa. Jadi, alur pergerakannya pun harus berkiblat kepada hal tersebut.

Tidak hanya itu, terkadang keputusan itu dihasillkan berdasarkan ego masing-masing demi beragam kepentingan tanpa ada sangkut pautnya dengan kepentingan ikatan, untuk mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan daya berpikir kritis para kader dalam mengobservasi dan menilai suatu permasalahan yang menghasilkan buah pikir murni.

Sehingga, para kader mampu berfikir lebih luas dan mendalam saat mengidentifikasi persoalan yang terjadi baik dalam lingkup ikatan maupun ketika mengimplementasikannya di masyarakat.      

Purifikasi dan rekonstruksi berfikir akan menjadi kunci dalam proses kontemplasi berkelanjutan yang akan dilakukan kedepannya nanti.

Dewasa ini, di tengah gempuran arus globalisasi yang kian deras menghantam menuntut para kader agar adaptif serta dinamis dalam bergerak. Akan tetapi, tidak lupa akan identitas yang dimiliki.

 Berangkat dari latar belakang tersebut Madrasah Falasifah hadir untuk menaungi para kader dalam berfikir kritis tanpa takut menyuarakan buah pikirnya dalam bergerak demi kemaslahatan umatnya.

Seperti Sungai Pohon yang mengalir dalam jaringan sel-sel pohon yang tak terlihat tetapi menjadi inti dari pohon itu sendiri. Besar harapan para alumninya menjadi sosok yang berkarakter kokoh dalam berfikir, tegas dalam berpendirian, dan lemah lembut dalam bertindak.

Sebagaimana Nabi Muhammad S.A.W telah mencontohkan dalam kehidupannya untuk selalu mengasihi kepada siapapun bahkan kepada musuh-musuhnya. Spirit Profetik yang harus selalu dijaga pun tidak luput menyertai sehingga, tidak peduli kapanpun, dan dimanapun segala tindak tanduknya menjadi uswah hasanah bagi kawan maupun lawan.   

Tidak hanya menjadi tempat bernaung akan tetapi menjadi ujung tombak nalar kritis akademik dalam mengembangkan potensi hingga ke akar-akarnya, dan mencapai hasil yang maksimal.

Dengan demikian, akan muncul sebuah pemikiran kritis yang sesuai dialektika zaman dan menimbulkan kesadaran-kesadaran yang dimana manusia itu pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang artinya membutuhkan bantuan orang lain.

Banyak kader-kader yang hilang akan kesadaran mereka sendiri maka dari itu, kader harus mempunyai daya pikir kritis yang akan membangun sebuah kesadaran. Membangun konstruksi kesadaran manusia adalah suatu identitas dari Madrasah Al-Falasifah yang akan menjadi suatu tempat proses para kader.

Madrasah Al-Falasifah juga menanamkan sebuah nilai profetik, nilai-nilai profetik mencangkup tiga hal yaitu humanisasi (sosial), liberasi (prilaku), dan tendensi (hati nurani). Nilai-nilai profetik ini akan di pakai di kehidupan sehari-hari manusia yang merupakan ajaran yang konkret, dan harus diimplementasikan oleh para kader di kampus maupun di luar kampus.  

Maka, dengan menanamkan sebuah nilai-nilai profetik itu akan mengantarkan kader-kader dengan potensi yang dimilikinya akan menjadi insan-insan yang beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Sehingga, kader mempunyai persiapan untuk kehidupan di dunia dan di akhirat.

Sama halnya seperti otak, otak juga harus perlu dilatih agar tetap sehat, dan prima. Adanya latihan yang tepat kader bisa mengasah logika berfikir. Agar Ketika kader mendapatkan suatu masalah mereka dapat memahami masalah secara runut memberikan solusi yang tepat

Dengan menerapkan pola sistematis, dan terstruktur dalam kemampuan membongkar masalah. Kader dapat membangun kepekaan terhadap lingkungan zaman yang dimana eksistensi lebih utama dari pada esensi.

Sebenarnya, esensi akan melahirkan sebuah eksistensi. Karena, essensi ibarat panggung yang telah disediakan yang mau tak mau manusia harus berada diatasnya karena hanya itu satu satu nya panggung yang disediakan bagi kehidupan manusia.

Filsafat sendiri diperoleh lewat pemikiran rasional yang didasarkan pada pemahaman, spekulasi, penilaian kritis, dan penafsiran. filsafat itu sendiri lebih menekankan kepada universalitas dan kedalaman kajian tentang sesuatu.

Kalau biasanya ilmu hanya pada satu bidang pengetahuan yang sempit dan rigit, filsafat membahas hal yang luas dan mendalam. Filsafat biasanya memberikan pengetahuan reflektif, dan kritis, sehingga ilmu yang tadinya kaku dan cenderung tertutup menjadi longgar Kembali.

Seiring berkembangnya zaman, banyak yang berpendapat kalau filsafat itu sesat, filsafat itu rumit dan susah untuk di pahami. Buktinya orang orang yang bergelut dengan filsafat kerap mengutarakan kata kata dan teori yang sulit dimengerti oleh banyak orang. Sebenarnya, bukan gagasan filsafatnya melainan cara penyampaian orangnya.

Kalaupun filsafat itu sesat untuk membuktikan kesesatannya kita harus berfilsafat, dan untuk membuktikan kesesatan filsafat kita harus mempunyai argument. Dan ketika argument itu disuse, sebetulnya sadar atau tidak kita sedang berfilsafat untuk menyesatkan filsafat.

Orang yang memandang filsafat sebagai ilmu yang sesat pada umumnya tidak bisa membedakan antara filsafat sebagai sebuah ilmu, dengan filsafat sebagai sebuah produksi pemikiran. Padahal, itu dua hal yang berbeda.

Pada dasarnya sebagai sebuah ilmu filsafat bertujuan positif yakni menuntun manusia untuk berpikir dengan benar, mencari kebenaran, dan mencintai kebijaksanaan. Yang mana sering melahirkan gagasan-gagasan yang menyimpang itu dan sebenarnya, bukan dari filsafatnya melainkan kita Kembali kepada kesalahan cara orang yang menggunakanya.

Karena filsafat hanyalah alat, dengan alat itu bisa jadi orang yang benar dan beriman, dan dengan alat itu pula bisa menjadi orang sesat bahkan mengingkari keberadaan Tuhan. Jadi, Madrasah Al-Falasifah menyediakan wadah dan tempat para kader untuk mempelajari ilmu filsafat itu sendiri. Agar pada nantinya setiap kader memahami secara mendalam tentang filsafat.

editor
editor

salam hangat

Related posts

Leave a Comment